Sunday, December 25, 2011

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN
(Kumpulan artikel dari webs – dirangkum oleh Zainul Muttaqin)


Pendahuluan
Sesungguhnya kecerdasan emosional,psikologi dan pendidikan anak dimulai sejak mereka dilahirkan di dunia ini.bagi orang tua,di karuniakan anak adalah sebuah cobaan dalam hidup.inilah contoh berbagai karakter anak dalam kehidupan dan ajaran dari orang tuanya:

Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyeasali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,
ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
perbedaan sifat anak laki laki dan perempuan
Anak Perempuan
§ Ketika seorang anak perempuan diam, berjuta-juta hal berada dalam fikirannya.
§ Ketika anak perempuan tidak membantah, dia sedang berfikir sangat dalam.
§ Ketika anak perempuan memandang dengan mata penuh tanya, dia ingin tahu berapa lama kita akan
menemani.
§ Ketika anak perempuan menjawab “Saya baik-baik saja” setelah beberapa saat, tidaklah semuanya
baik-baik saja.
§ Ketika anak perempuan memandang tajam, dia ingin tahu kenapa kita berbohong.
§ Ketika anak perempuan bersandar ke dada, dia berharap kita menjadi miliknya selamanya.

Anak Laki-laki
§ Ketika seorang anak laki-laki diam, dia tidak punya sesuatu yang ingin dikatakan.
§ Ketika anak laki-laki tidak membantah, dia dalam kondisi yang tidak ingin membantah.
§ Ketika anak laki-laki memandang dengan mata penuh tanya, dia benar-benar sedang kebingungan.
§ Ketika anak laki-laki menjawab “Saya baik-baik saja” setelah beberapa saat, semuanya adalah baikbaik
saja.
§ Ketika anak laki-laki memandang tajam, dia sedang heran atau marah.
§ Ketika anak laki-laki tidur dipangkuan, dia berharap kita menjadi miliknya selamanya.

Cara mendidik psikologi anak
1.     Pengenalan Psikologi Sejak Dini
Para orangtua umumnya tidak memberikan bimbingan psikologis yang baik pada anak anak mereka.,Entah karena ketidak tahuan mereka ataupun karena mereka tdak menganggap hal itu sesuatu yang penting. Salah satu langkah yang harus kita lakukan sebelum mulai mengenalkan psikologi kepada keluarga
kita, kita harus terlebih dahulu memiliki wawasan yang memadai dan paham secara garis besar
mengenai masalah psikologi.
Kita dapat mendapatkannya dari bangku kuliah, buku buku psikologi maupun yang mengenai
kejiwaan, artikel psikologi di koran maupun di Internet, rubrik konsultasi di berbagai media.
Setelah kita memiliki wawasan yang cukup, konsultasikan kepada orang yang lebih paham dari kita
karena masalah pembentukan psikologi sama seperti nasehat kesehatan seorang dokter. Jika dokter
salah dalam diagnosa dan memberikan obat, maka akibatnya akan berbahaya bagi pasiennya. Begitu
juga kita dalam memberikan bimbingan kejiwaan pada seseorang. Jika kita salah mendiagnosa
problem klien akan mengakibatkan salah dalam advis solusi sehingga kemungkinan klien akan
mengambil keputusan yang beresiko.
Mungkin hal ini terdengar menakutkan, namun seperti di dunia nyata pada umumnya, kita selalu
membutuhkan dokter, maka begitu juga kita sekarang harus sudah mulai berpikir untuk membutuhkan
jasa seorang psikolog.
Untuk para remaja, mereka akan sangat selektif dalam memilih orang yang akan ia dengarkan
ucapannya. Maka dalam penyampaian bimbingan kejiwaan pada remaja, sebaiknya dengan
menggunakan pendekatan yang dapat diterima oleh remaja tersebut. Pendekatan yang menggurui akan
ditinggalkan oleh mereka. Kita harus dapat memposisikan diri sebagai "teman" mereka sehingga
mereka memiliki kepercayaan untuk mau menceritakan (curhat) problemanya kepada kita.
Setelah itu penting untuk tidak langsung menghakimi maupun menyalahkan si remaja tersebut dengan
berbagai masalahnya, namun kita harus bersikap mengerti dan memahami serta memberikan solusi
untuk mereka. Remaja yang disalahkan akan menolak karena pada masa itu rasa egoisnya sedang
tinggi tingginya.

2.     Hak-hak anak

Saat ini baik di Indonesia maupun di negara-negara lain sering kita lihat, dengar dan
baca dari media elektronik dan media cetak anak-anak yang dianiaya, ditelantarkan
bahkan dibunuh hak-haknya oleh orangtuanya sendiri maupun oleh kerasnya kehidupan.
Hak asasi mereka seakan-akan tidak ada lagi dan tercabut begitu saja oleh orang-orang
yang kurang bertanggungjawab. Bukan orang dewasa saja yang mempunyai hak, anakanakpun
mempunyai hak. Hak-hak untuk anak-anak ini diakui dalam Konvensi Hak Anak
yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1989. Menurut
konvensi tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis
kelamin, asal-usul keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar yaitu :

· Hak Atas Kelangsungan Hidup
Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan
pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik,
tempat tinggal yang layak dan perwatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit.

· Hak Untuk Berkembang
Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi,
waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat,
dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.

· Hak Partisipasi
Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat
dan berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
dirinya. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak boleh
memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak
dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.

· Hak Perlindungan
Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi,
perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun
dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah
mempekerjakan anak-anak di bawah umur.
Untuk itu ada baiknya para orangtua, lembaga-lembaga pendidikan maupun lembaga
lain yang terkait dengan anak mengevaluasi kembali, apakah semua hak-hak asasi anak telah dipenuhi / terpenuhi.

            3. Mencari Pola Asuh Anak Yang Tepat

Ada tiga macam pola asuh orangtua terhadap anak, yaitu:
1. Authoritatan
2. Permisif
3. Authoritave
Mana yang paling tepat untuk anak Anda?
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya.
Lengkapnya adalah :
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,
ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Pernyataan Dorothy tersebut menunjukkan bahwa lingkungan, terutama keluarga akan membentuk
sikap dan perilaku anak.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya "berhasil" di masa depan. Berhasil dalam hal ini bukan pada
karier, tetapi lebih pada aspek kognitif, afektif dan perilaku.
Salah satu cara agar anak "berhasil" di masa depannya daat dilakukan di lingkungan keluarga, yaitu
dengan menerapkan pola asuh orang tua terhadap anak yang tepat. Kesalahan yang terjadi dapat
berakibat buruk bagi masa depan anak, baik dari segi kognitif, afektif dan perilaku.
Ada tiga macam pola asuh orang tua, yaitu :
§ Authotarian
Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak
harus menurut orang tua. Kemauan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan
pendapat.Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari
pergaulan, kurang adaptif, kurang tujuan, mudah curiga pada orang lain dan mudah stress.

§ Permisif
Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan
menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituti keinginnannya. Sedangkan
menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa
saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok
kuasa,kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah.

§ Authoritative
Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor
kepentingan dan kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol
diri dan kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik,
mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan
orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.
Pola asuh orang tua mempengaruhi perilaku anak. Sekarang kembali kepada diri kita sendiri,
sebagai calon orang tua dan orang tua untuk memilih mau seperti apa anak-anak kita?


Peran Orangtua Dalam Perkembangan Psikologi Anak


PENGENALAN
Perkembangan fiska, sosial, emosi, intelek, psikologi dan rohani bukanlah merupakan hal
yang asing. Bidang cakupannya masing-masing agak kabur dan kadangkala ketiga-tiga
faktor, sosial, emosi dan psikologi terjadi bersamaan.

PENTlNGNYA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PADA ANAK-ANAK
Perkembangan psikologi yang positif penting dalam perkembangan psikologi anak-anak.
Perkembangan psikologi yang baik dapat diamati dalam pemikiran mental yang sehat,
pengukuhan egoisme, harga diri yang tinggi, kepekaan terhadap kebebasan dalam
mengadaptasikan diri dengan lingkungannya.
Perkembangan psikologi yang kurang baik dapat diamati pada harga diri yang rendah dan
juga pada kemunculan pelbagai masalah tingkahlaklu dan mental.
Pentingnya perkembangan psikologi ini jelas karena mempunyai pengaruh yang sangat
besar bagi keberhasilan, hubungan sosial dan kesejahteraan seseorang individu pada masa
depannya.
Orangtua adalah pemberi kasih sayang yang mendasar. Orangtua mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap perkembangan psikologi anaknya. Orangtua yang mengabaikan dan
juga yang memukul anaknya akan menghalangi perkembangan psikologi yang sehat.
Orangtua pada waktu yang sama sekiranya diberi pengetahuan yang mencukupi yang
terdiri dari ketrampilan-ketrampilan dan dukungan, akan dapat menjalankan tugas mereka
dengan baik. Ini adalah karena pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan dengan
optimal untuk lebih memusatkan lagi perkembangan psikologi anaknya.

HAL-HAL YANG MENDUKUNG PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK-ANAK

Penerimaan Tanpa Syarat
Seorang anak harus diterima tanpa syarat oleh orang dewasa dalam hidupnya. Anak
tersebut juga harus memahami bahwa dia diterima tanpa syarat apa-apa. Menurut Michael
Rutter (1978), orangtua mungkin menerima anaknya bukan perangainya. Penerimaan tanpa
syarat harus ditunjukkan sepenuhnya dalam tingkahlaku orangtua serta sikap terhadap
anaknya. Orangtua harus menjaga, mencurahkan kasih sayang dan senantiasa siap untuk
melayani anaknya terutama bila diperlukan. Dengan kata lain orangtua mesti bertindak
dengan cepat dan wajar dan sensitif dalam melayani anaknya karena ia harus
menerimanya tanpa syarat.

Stimulasi
Anak-anak yang telah melalui pelbagai program, memperlihatkan peningkatan dalam
jumlah nilai IQ dan juga dalam bidang-bidang lain yang berkaitan.
Kajian Brofenbrener (1980) terhadap pelbagai program pengkajian intervensi,
memperlihatkan bahwa hasil positif akan berkelanjutan seandainya orangtua melibatkan
diri dalam program- program tersebut.
Stimulasi bisa diterapkan kepada anak-anak melalui pelbagai cara yaitu melalui audio;
visual; kinetik yang melibatkan pergerakan anak-anak (pergerakan bahagian depan, tepi
dan belakang badan), pelbagai aktivitas (main ayunan, berada dalam ayunan berputar,
melompat, dan sebagainya) dan keterlibatan langsung yang termasuk sentuhan, merasai
dan membau.

MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK-ANAK DAN SIFAT BAWAAN (PERANGAI)

Suatu pemahaman terhadap perkembangan anak-anak bisa menjangkau jauh dalam
membentuk seorang anak yang sehat dari segi psikologi. Orangtua kadangkala mempunyai
pengetahuan yang dangkal bagaimana anak-anak sebenamya belajar dan berkembang.
Kekurangan pemahaman terhadap pembawaan anak-anak ini mungkin akan membawa
kepada konflik antara orangtua dan anaknya dan juga permasalahan yang akhirnya
mempengaruhi hubungan mereka.

Hanya apabila orangtua memahami perangai anak-anak ini barulah orangtua tidak akan
menyalahtafsirkan suatu tingkahlaku anak-anak yang bermasalah sebagai bertindak liar
dan nakal. Ini mungkin akan membangkitkan kemarahan orangtua lalu mereka akan
menerapkan tindakan disiplin keras yang sebenarnya tidak perlu. Sebaiknya memang suatu
strategi yang berbeda dan sesuai dapat diambil untuk menggalakkan kerjasama dan
mengelakkan konflik.

TAHAP KETERLIBATAN ORANGTUA

Jelas bahwa keterlibatan orangtua adalah penting. Tahap keterlibatan mereka bisa dibagi
dalam tiga tahap:

n Keterlibatan langsung dan interaksi dengan anak.

n Menyediakan peluang-peluang bagi pengalaman berbeda.

n Bekerjasama dengan orang/pihak lain sebagai partner.

Pada setiap tahap, adalah penting bagi orangtua menerirna tanpa syarat anaknya,
mengadakan stimulasi dan memahami perkembangan dan perangai anaknya.
Keterlibatan Orangtua Langsung Dan Interaksi Dengan Anak
Orangtua harus melibatkan diri secara langsung agar perkembangan psikologi yang positif
dapat dihasilkan. Mereka harus menyediakan fisilitas dasar; peka akan penerimaan tanpa
syarat dan menerapkan stimulasi dan pada waktu yang sama mengevaluasi tahap
perkembangan dan perangai anak-anak.
Keterlibatan secara langsung ini tidak dapat kita amati pada kebanyakan orangtua di Asia.
Mereka biasanya menyembunyikan perasaan mereka dan ini menyebabkan suatu jurang
yang dalam dari segi hubungan orangtua dan anak mereka. Kaum lelaki dianggap sebagai
daya penggerak keluarga dan beliau biasanya lebih memberi arahan daripada berinteraksi
dengan anaknya. Beliau lebih suka menegur daripada bersikap mesra, dengan anaknya.
Anak-anak biasanya kurang diberi perhatian. Ayah, mereka jarang menanyakan atau
perhatian tentang pelajaran sekolah. Adalah dianggap mencukupi, anaknya mendapatkan
pendidikan, berhasil atau tidak adalah menjadi soal kedua.
Keterlibatan orangtua secara dangkal ini sepatutnya dihindarkan. Mereka harus melibatkan
diri secara langsung untuk membantu perkembangan psikolog yang positif.
Orangtua harus menyentuh, menepuk bahu, memeluk anaknya selalu. Mereka juga mesti
memberitahu perasaan mereka terhadap anaknya dan juga pada waktu yang sama
mendengar dan berinteraksi dengan anaknya. Orangtua juga mesti siap bila anak-anaknya
memerlukan mereka. Tugas orangtua penting dalam menyediakan keperluan dasar yaitu
makanan, tetapi ini tidaklah cukup. Komunikasi adalah amat penting antara orangtua dan
anak dan ini seharusnya berkelanjutan.

Anak-anak memerlukan garis panduan dalam bertingkahlaku melalui peraturan yang
mudah yang disediakan oleh orangtuanya. Konflik. tekanan serta masalah tingkahlaku
terjadi bila orangtua membuat target lebih ataupun kurang terhadap kemampuan
anaknya. Untuk mengatasi ini, Orangtua harus memahami kemampuan seseorang anak
berdasarkan umurnya. Bila seseorang anak didenda, dia harus diberi pengertian oleh
orangtuanya bahwa yang ditolak adalah tingkahlaku dan bukan dirinya.
Berkurang atau menurunnya kasih sayang dari orangtua yang dapat diamati anak-anak
melalui tindak tanduk orangtua merupakan suatu pengalaman yang dahsyat bagi anakanak
dan seharusnya dihindarkan.
Orangtua harus mengetahui akan pentingnya stimulasi dalam hubungan langsung dan
pengaruh/hasilnya terhadap interaksi yang diterapkan. Stimulasi melibatkan pelbagai
pancaindera yaitu penglihatan, bau, pendengaran, sentuhan dan rasa. Masing-masing ada
secara terpisah dan juga dapat diamati dalam kombinasi yang berbeda.

Stimulasi dapat diterapkan sejak kelahiran, contohnya, dalam proses perawatan pada bayi
dan lain-lainnya. Ini juga dapat digabungkan dalam rutinitas harian yaitu waktu mandi;
makan; mencud pakaian dan melakukan pekerjaan rumah. Orangtua harus berbicara
dengan mereka dan ini akan meningkatkan lagi pemikiran dan kemahiran menyelesaikan
masalah. Selanjutnya, ikatan yang lebih rapat dapat terjalin antara orangtua dan anakanak.
Dalam memperkenalkan pelbagai stimulasi, langkah yang harus diambil adalah orangtua
harus memastikan bahwa tugas yang diberikan pada anak semestinya berdasarkan
kemampuan anak tersebut pada jenjang umur yang sesuai. Orangtua harus
memperkenalkan stimulasi secara teliti. Bagi anak yang tidak bermasalah langsung, stimulasi
yang banyak tidak digalakkan. Banyak usaha serta waktu yang harus diperuntukkan bagi
anak-anak yang lambat (slow-to warm- up). Sebaliknya, stimulasi harus dikurangi pula
sekiranya anak tersebut diserang histeria.

Orangtua harus peka kepada kehendak anaknya. Sekiranya anak itu tidak gembira dengan
kerja yang diberikan maka kerja tersebut harus dihentikan. Sekiranya aktiviti yang dijalankan
adalah membosankan, maka seharusnya ditukar atau diusahakan menjadi lebih menarik.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh orangtua dalam menyediakan stimulasi untuk
perkembangan anaknya.

§ Pertama, kelemahan yang ada di pihak orangtua yang tradisional. Mereka bermain
dengan anak mereka hanya ketika mereka bayi saja. Mereka merasa kurang
senang bermain dengan anak mereka dalam tahap anak-anak. Orangtua harus
meninggalkan tradisi ini dan mulai bermain dengan anak-anak mereka yang bukan
bayi lagi.

§ Kedua, ibu dianggap sebagai pemberi kasih sayang yang utama walaupun didapati
bahwa banyak ibu mulai bekerja saat ini. Keterlibatan ayah dengan anak-anak
mereka juga tidak begitu besar. Misalnya anak lelaki menganggap ayahnya sebagai
model dan sebaliknya bagi anak perempuan. Selanjutnya hubungan anak tersebut
dengan model sajalah yang rapat. Ini harus dikurangi, interaksi antara kedua
orangtua dengan anak-anak lebih digalakkan.

§ Ketiga, efek dari kedua orangtua yang pergi kerja menyebabkan mereka tidak
punya waktu penjagaan yang berkualitas untuk dihabiskan dengan anak-anak.
Waktu luang yang begitu singkat dihabiskan untuk mengutamakan keperluan
keluarga. Waktu emas ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk
menyediakan peluang-peluang stimulasi dan bukannya melemahkan kembali
interaksi, misalnya pertengkaran suami isteri yang saling menyalahkan satu sama lain
dalam menjalankan tanggungjawab sebagai ibu dan bapa.
Keterlibatan Orangtua Dalam Menyediakan Peluang-Peluang Untuk Pengalamanpengalaman
Baru.

Orangtua harus menyediakan peluang-peluang untuk pengalaman-pengalaman yang
baru dan lain sebagainya. Mereka harus memperkenalkan pada anaknya alat-alat
permainan yang pelbagai jenis dan bentuk, mendorong anaknya bermain dengan anakanak
lain, membawa anaknya ke tempat-tempat yang menarik, memperkenalkan mereka
kepada alam sekeliling, musik dan seni dan terhadap pelbagai pengalaman yang lain.
Pengalaman yang diperoleh dari teman sebaya penting karena itu akan menyebabkan
perkembangan yang lebih seimbang. Oleh karenanya harus mendorong anaknya untuk
berkawan. Dengan adanya teman sebaya, anak-anak mempelajari kemahiran perjuangan
sosial yaitu bagaimana mendapatkan apa yang diperlukannya dengan melalui harus
bertengkar, bilang "tolong", memberitahu gurunya ataupun melakukan pertukaran,
bagaimana hendak berinteraksi dengan yang lain dan mendapatkan kawan dengan
melalui sikap mengalah, bersikap ramah dan menjemput ke rumah teman, bagaimana
menambahkan kekuasaan dirinya dengan melalui menambahkan teman dan mendukung
anak-anak lain dan terakhir bagaimana hendak bekerjasama dalam suatu kelompok
dengan melalui kerjasama, menunggu giliran, mendengar dan berbincang. Masalah konflik
perseorangan yang terjadi memerlukan kemahiran menyelesaikan masalah yang seterusnya
membawa kepada kecakapan sosial.
Jelas kepada kita akan pentingnya teman sebaya dan lebih lanjut, orangtua harus
menggalakkan anaknya untuk mempunyai teman karena ini dapat menyediakan peluangpeluang
untuk pengalaman yang baru. Orangtua mesti memainkan peranan dalam
penyediaan ini misalnya mewujudkan situasi agar anaknya bersama-sama anak-anak lain
sewaktu ada di taman permainan, bertemu saudara yang dekat, tetangga serta temanteman
agar pengalaman dari teman sebaya bisa diperoleh.
Mereka harus bermain dalam suasana harmonis dengan berinteraksi dengan sebaiknya dan
dapat menerima suasana yang 'multiracial' (berbagai suku bangsa) dan 'multicultural'
(berbagai budaya). Waktu berhubungan dengan teman sebaya, orangtua seharusnya
menghindarkan campurtangan mereka sebanyak mungkin. Bila timbul masalah barulah
orangtua boleh memberi dorongan, sokongan dan sedikit bantuan untuk mengatasi
masalah perhubungan ini.
Orangtua Bekerjasam Dengan Orang Lain (Care Agents)
Orangtua harus melibatkan diri dan bekerjasama dengan pihak-pihak (orang) lain dalam
penjagaan anak-anak. Kerjasama diperlukan di antara dua pihak ini untuk memberikan
suatu ikatan yang sehat. la harus membentuk individu penyayang. Kedua pihak harus peka
terhadap perubahan luar biasa pada tingkahlaku anak-anak yang tidak diinginkan oleh
pihak penjaga.
Sebagai partner kerjasama orangtua mesti memastikan pihak penjaga (orang lain) ini
mempunyai kakitangan/bawahan yang mahir dan dapat mencurahkan kasih sayang.
Suatu program harus dibentuk dan harus seimbang dalam membentuk perkembangan
psikologi yang positif. Program ini harus disusun dengan usaha kedua pihak yang terkait.
Orangtua harus peka dengan menghadirkan diri dalam diskusi berkenaan isu
perkembangan anak-anak. Mereka juga harus melaporkan tingkahlaku anaknya di rumah
kepada pihak lain atau agen penjagaan.
Hubungan yang kukuh antara rumah dan agen ini akan mengurangi kemungkinan
terjadinya konflik antara masalah dari rumah dengan pihak lain yang terkait atau sekolah.
Hubungan ini akan mengukuhkan lagi proses pembelajaran dan memastikan bahwa upaya
ini berkelanjutan dan konsisten dalam hidup anak-anak. Sekiranya orangtua tidak
melibatkan diri, anak mereka akan hidup dalam dua dunia yang, asing dan tidak
berhubungan antara satu sama lain.

DUKUNGAN BAGI ORANGTUA
Beberapa faktor mempengaruhi orangtua dan hal ini hanya berpengaruh terhadap
hubungan dengan anak-anak mereka. Faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonmi, konflik
rumahtangga, tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, kekurangan pengetahuan
tentang perkembangan khusus kanak- kanak dan kemahiran dalam berperan sebagai
orangtua. Kesemua faktor ini dapat berinteraksi antara satu sama lain dan kadangkala
menghalangi orangtua untuk melaksanakan keterlibatan pada tahap yang berbeda.
Orangtua mungkin memerlukan dukungan untuk bertindak sebagai orangtua, sebagai
suami dan isteri dan sebagai individu. Orangtua tidak akan begitu mengutamakan aspekaspek
halus keorangtuaan sekiranya mereka mempunyai hal-hal untuk memenuhi keperluan
dasar dan juga mungkin mereka mengalami tekanan dalam menyelesaikan pekerjaan
kantor dan pekerjaan rumah. Orangtua memerlukan rangkaian sokongan secara informal
dari saudara dan teman-teman dan lingkungan sosial yang formal.
Suatu dukungan dalam pendidikan 􀂴berperan sebagai orangtua􀂵 yang khusus perlu bagi
mendidik orangtua. Melalui pendidikan ini, ia dapat mengenal secara pasti bahwa
orangtua umumnya mempunyai kekuatan dan kepandaian tertentu dalam lingkup
􀂴berperan sebagai orangtua􀂵 tetapi mereka mungkin memerlukan pengetahuan tambahan
dan juga ketrampilan-ketrampilan baru untuk meningkatkan perawatan anak-anak.
Orangtua juga harus tegas dalam menjalankan tugas mereka, bekerjasama terhadap
kejadian yang dilalui dengan orangtua yang lain. Mereka juga harus belajar dari orangtua
yang lain.

Sumber:

-       -   PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN
-       -    (Kumpulan artikel dari webs – dirangkum oleh Zainul Muttaqin)

KESIMPULAN
Orangtua suka ataupun tidak, mereka memainkan peranan yang penting dalam
pembentukan psikologi anak-anak secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan anak-anak, ini
menyebabkan peranan orangtua tidak dapat digantikan oleh orang sebarangan.
Orangtua dapat berperan dengan sukses seandainya mereka memahami anaknya. Mereka
harus menerima anak mereka tanpa syarat dan menyediakan pelbagai stimulasi pada
tahap awal masa kanak-kanak. Mereka sepatutnya secara penuh menjalani peran tersebut
dan harus juga mempunyai pemahaman tentang tingkahlaku serta perangai anak.
Orangtua juga mesti melibatkan diri dalam perkembangan psikologi anak-anak secara
langsung dan secara tidak langsung pula menyediakan peluang-peluang bagi pelbagai
pengalaman terutama pengalaman bersama teman sebaya. Paling akhir, orangtua harus
bekerjasama dengan keluarga lain atau dengan pihak-pihak (yayasan atau sejenisnya)
penjagaan anak-anak.